Latest News

Jangan Upload Foto Anak Di Facebook

Fasilitias upload foto yang menceritakan aneka sisi dari hidup kita yang bisa dilihat oleh banyak sobat kadang menyebabkan cita-cita untuk “pamer”.

Mulai dari apa yang sedang kita makan, sedang jalan-jalan ke mana, kendaraan beroda empat gres yang kita miliki, bahkan anak kita sendiri. Mungkin sebab rasa sayang dan saking bangganya kita kepada si anak, ada cita-cita untuk meng-upload-nya di Facebook membuatnya segera dikenal banyak orang “dunia maya”.

Facebook
Karena tren “pamer anak” di Facebook telah mendorong para orang bau tanah untuk ikut meng-upload foto-foto anaknya. Dan tak jarang foto tersebut disertai informasi-informasi perihal diri si anak mulai dari nama, usia, sekolah atau bermain di mana, kesukaannya makan apa, hari kemarin ngapain aja dan banyak warta lainnya. Sebetulnya kalau kita pikir ulang untuk apa keuntungannya semua warta perihal anak kita ini kita share-kan di Facebook.

Padahal hal ini sangat membahayakan anak. Ada kasus yang terjadi di kota Palembang, anak diculik oleh orang yang tidak dikenal oleh sang anak dan keluarga. tapi sang penculik sanggup mengetahui warta lengkap sang anak dan keluarga.

Dari mana penculik tahu warta itu, ya dari media umum Facebook.

untuk dongeng lengkapnya silakan baca goresan pena berikut!

=================================================================
Suatu hari, Ika mengajak Fadli, anaknya untuk berbelanja di Ramayana Departement Store yang berlokasi di Kawasan Bisnis Ilir Barat Permai Kota Palembang. Sebagai tujuan pertama ia melihat-lihat kumpulan koleksi baju yang ada di lantai 1. Sang anak pun awalnya terlihat asyik berlari-lari di sekitar koridor etalase yang memajang aneka baju-baju tersebut. Semuanya berjalan lancar menyenangkan hingga risikonya si ibu mendapat baju pilihannya dan membayarnya di kasir. Fadli pun terlihat bahagia mengikuti sang ibu.

Ika kemudian mengajak Fadli berkeliling dan melihat-lihat wahana permainan di lantai berikutnya. Setelah agak siang sebab lapar risikonya Ika tetapkan keluar untuk membeli kuliner yang dijajakan di luar di sekitar toko. Pilihan Ika jatuh pada sebuah gerobak penjual mie ayam. Tak jauh dari penjual mie tersebut ada seorang pedagang mainan kapal-kapalan yang biasa dijalankan di atas air. Karena Fadli tertarik dan merengek ingin melihatnya, risikonya Ika mendatangi penjual kapal-kapalan tersebut menemani Fadli untuk melihatnya.

Karena sudah lapar Ika menuju gerobak penjual mie untuk mulai memesan makanannya. Ia tanpa sadar meninggalkan Fadli sendiri melihat kapal-kapalan. Mungkin Ika berpikir sebab letak penjual mie tidak jauh, hanya sepelemparan kerikil saja dan juga tidak akan usang maka ia meninggalkan anaknya.

Di sinilah kemudian terjadi insiden yang mengagetkan Ika. Setelah ia memesan mie ayam, ia kembali ke tukang kapal-kapalan. Terkejutlah ia begitu melihat bahwa Fadli, anaknya tidak berada di situ. Si tukang kapal pun lantas memberi tahu kalau anaknya gres saja pergi dengan lelaki ke arah selatan. Si tukang kapal malah menganggap pria tadi ayahnya Fadli. Ika pun bergegas mencari anaknya dan beruntung ia melihat anaknya berjalan dengan seorang lelaki ke arah sebuah mobil. Karena panik ia berteriak minta tolong dan sontak saja menjadi perhatian orang-orang yang ada di sekitar termasuk seorang tukang parkir yang sedang berjaga di situ.

Setelah berhasil menghampiri pria itu, Ika lantas merebut Fadli dari tangan pria itu. Perang lisan pun terjadi antara Ika dengan lelaki yang usianya sekitar 40-an. Ika menuduh lelaki itu akan menculik anaknya. Karena ribut-ribut ini cukup menyita perhatian, dua orang Security pun tiba ke lokasi berusaha untuk melerai dan mengamankan pria tersebut. Karena takut dan tidak mau terlibat jauh si ibu lantas memanggil taksi untuk bergegas pulang. Seorang security pun ditugaskan untuk menemani Ika ini pulang ke rumahnya di wilayah Sukarame.

Sepanjang perjalanan Ika bertanya pada anaknya. Ika dikala itu sangat merasa waswas namun anehnya Fadli malah terlihat damai tidak ketakutan. Meskipun kemampuan anaknya bercerita masih terbatas namun sebagai ibu ia sanggup memahami apa yang disampaikan anaknya itu. Sungguh terkejut ia melihat respon anaknya ketika Ika bertanya dengan nada gusar dan serius. Anaknya justru menangis ingin kembali bertemu pria tadi. Sambil menangis anaknya merengek dengan kata-kata yang kurang terang “Ulamaan…. Ulaamann” (Maksudnya Ultra Man). Menurut si anak pria tersebut akan mengajaknya kepada Om Toni (Paman dari si anak yang ahad kemudian pernah membelikannya robot-robotan Ultra Man). Si Laki-laki katanya menyodorkan robot Ultraman itu kepada Fadli dan mengajaknya bertemu Om Toni ketika si Fadli asyik melihat kapal-kapalan.

Si ibu heran bukan kepalang. Bagaimana si pria itu bisa tau bahwa anaknya ahad kemudian gres diberi robot Ultra Man dan bagaimana si pria yang (akan) menculik itu tau kalau pamannya si Fadli ini berjulukan Toni. Karena ingin tau ia eksklusif menelepon Toni menceritakan insiden yang gres saja dialaminya. Anehnya Toni sang paman pun tidak pernah tau/mengenal pria sesuai yang disebutkan ciri-cirinya. Toni pun sama sekali tidak pernah menyuruh orang untuk membawa si Fadli bertemu dengannya. Saat ditelepon Toni sedang bertugas di Padang. Ika pun sangat heran dengan insiden ini namun ia mencoba menghela napas dan menenangkan diri. Setidaknya ia merasa bersyukur anaknya selamat dari penculikan.

Sesampainya di rumah, Ika menjamu security yang menemaninya selama di taksi. Ika mempersilakan security tersebut untuk sebentar makan dan minum. Suami Ika yang sebelumnya sudah ditelepon akan insiden ini dikala masih di taksi pun sudah hingga di rumah. Ia terpaksa pulang cepat dari kantornya. Sambil menikmati sajian makan dan minum dari Ika sang security pun terlibat percakapan dengan Ika dan suaminya masih perihal insiden yang gres saja dialami.

Di tengah-tengah percakapan, HP security tadi berdering. Rupanya security lainnya yang mengamankan pria tadi di toko. Ia menanyakan apakah Ika sudah hingga di rumah dengan selamat. Kemudian security di kantor itu bercerita kalau pria itu risikonya dibawa ke kantor polisi terdekat sebab Laki-laki tersebut tidak bisa menunjukkan keterangan yang memuaskan security di kantor atas insiden yang gres saja terjadi. Setelah didesak di kantor polisi dengan banyak sekali pertanyaan, pria tersebut memang berniat untuk menculik Fadli anak dari Ika. Ia mengakui mencoba merayu Fadli dengan robot-robotan Ultra Man. Beberapa hari sebelumnya pria yang berinisial RM tersebut mulai mempelajari korbannya melalui Facebook.

“Si RM ini rupanyo paham nian soal komputer,” ucap security kantor dari seberang telepon sana yang terdengar sebab HP di-loudspeaker. Dengan kemampuan komputer yang dimilikinya si pria ini rupanya mencoba meng-hack beberapa akun Facebook. Ia pilih pemilik akun yang sama-sama berdomisili di Palembang. Dari akun-akun Facebook yang sudah di-hack-nya ia mulai menentukan korban yang akan dijadikan target. Targetnya tentu ialah yang mempunyai anak kecil. Cukup gampang bagi RM untuk mengenali siapa saja yang mempunyai anak kecil.

Dari “Beranda” ia bisa melihat siapa saja yang mem-posting foto-foto anaknya. Dan pilihan pun jatuh pada Ika sebab ia mengetahui bahwa Ika berniat mengajak anaknya berjalan-jalan ke luar (ke Ramayana). Di situlah RM mulai intense mempelajari seluk-beluk korban, mulai dari nama si anak (Fadli) hingga termasuk dikala Fadli diberi boneka Ultra Man oleh pamannya. Ini mempunyai kegunaan bagi RM untuk menciptakan dirinya familiar dengan si anak yang akan dijadikan korban. Dan juga untuk mengecoh orang lainnya supaya tidak curiga. Orang akan menerka bahwa dirinya ialah familly dari si anak.

Melalui sharing-nya di BBM Ika belum mengetahui apa motif bahwasanya dari RM. Apakah murni menculik untuk meminta tebusan atau ada motif lainnya. Ini masih dalam penyelidikkan pihak yang berwajib.

Kasus ini mungkin seakan-akan dengan kasus memasang stiker kendaraan beroda empat yang menceritakan perihal warta keluarga. Namun sekarang si pelaku memakai media umum sebagai alat untuk memulai tindak kejahatannya. Cerita ini tentunya menambah kembali insiden yang tidak diinginkan akhir dari media umum dalam hal ini Facebook. Di samping manfaat-manfaat yang dimilikinya ternyata kalau tidak hati-hati Facebook malah bisa membahayakan penggunanya.

Fasilitias upload foto yang menceritakan aneka sisi dari hidup kita yang bisa dilihat oleh banyak sobat kadang menyebabkan cita-cita untuk “pamer”. Mulai dari apa yang sedang kita makan, sedang jalan-jalan ke mana, kendaraan beroda empat gres yang kita miliki, bahkan anak kita sendiri. Mungkin sebab rasa sayang dan saking bangganya kita kepada si anak, ada cita-cita untuk meng-upload-nya di Facebook membuatnya segera dikenal banyak orang “dunia maya”. Atau, sebab tren “pamer anak” di Facebook telah mendorong para orang bau tanah untuk ikut meng-upload foto-foto anaknya. Dan tak jarang foto tersebut disertai informasi-informasi perihal diri si anak mulai dari nama, usia, sekolah atau bermain di mana, kesukaannya makan apa, hari kemarin ngapain aja dan banyak warta lainnya. Sebetulnya kalau kita pikir ulang untuk apa keuntungannya semua warta perihal anak kita ini kita share-kan di Facebook.

Jika kita tidak bijak men-share semua warta itu “jor-joran” tak menutup kemungkinan warta itu akan dipakai oleh orang-orang yang sedang “mengintai” sebagai “data intelijen” yang dipakai untuk suatu tindak kejahatan.

Oleh sebab itu, goresan pena ini dibentuk untuk mengingatkan kembali terutama kita para ibu untuk lebih berhati-hati dalam bersosial media. Bijak men-share warta biar warta itu tidak disalahgunakan. Karena, ancaman selalu mengintai kapan saja termasuk mengintai bawah umur kita.

Sayang pada anak kita? Lindungilah mereka bukan dengan jor-joran memamerkan foto dan warta mengenai dirinya di media sosial.

Sumber: disini
======================================================================

Apakah anda suka mengupload foto-foto anak? kalau iya, hati hati jangan terlalu lengkap informasinya, sebab mungkin kejahatan sedang mengintai Anda dan anak anda. mendingan kita Waspada!

Untuk mengurangi korban selanjutnya, mari kita mengingat teman-teman, saudara kita dan orang yang kita kenal. Karena dengan saling mengingat kita sanggup mengurangi kejahatan terhadap anak. Silakan Share goresan pena ini sebagai tanda Anda peduli dan Allah akan mencatatnya sebagai nilai ibadah. Insyaallah.

0 Response to "Jangan Upload Foto Anak Di Facebook"

Total Pageviews