Latest News

Makna Ulang Tahun Dalam Islam


Makna ulang tahun dalam Islam
Hari ini saya ulang tahun ke 25 tahun, dari tahun-tahun yang kemudian saya sering merayakan ulang tahun secara sederhana bersama keluarga, sahabat dan teman-teman. Mungkin itu cuma traktiran makan di kantin hingga mengundang buat makan di rumah. jujur saya tidak tahu dan tidak paham perihal ini, yang saya pikirkan yaitu di hari bertambah usia saya ingin melewatkan dengan senang bersama orang-orang terdekat.

Tapi, tepat hari ini lantaran kesibukan pekerjaan ulang tahun saya tidak dirayakan sama sekali, cuma istri yang bangun tidur mengucapkan "Happy bday". Simpel dan sederhana. kini saya lagi duduk di depan komputer, mengisi waktu kosong dengan cari isu makna ulang tahun berdasarkan Islam. saya mendapat artikel ini. silakan baca dengan khusuk ya.

________________________________________________________________
Ternyata tradisi perayaan ulang tahun sudah ada di Eropa semenjak berabad-abad silam. Orang-orang pada zaman itu percaya, bila seseorang berulang tahun, setan-setan berduyun-duyun mendatanginya. Nah, untuk melindunginya dari gangguan para makhluk jahat tersebut, keluarga dan kerabat pun diundang untuk menemani, sekaligus membacakan doa dan puji-pujian bagi yang berulang tahun. Pemberian kado atau bingkisan juga dipercaya akan membuat suasana bangga yang akan membuat para setan berpikir ulang ketika hendak mendatangi orang yang berulang tahun. Ini memang warisan zaman kegelapan Eropa.
Berdasarkan catatan tersebut, awalnya perayaan ulang tahun hanya diperuntukkan bagi para raja. Mungkin, lantaran itulah hingga kini di negara-negara Barat masih ada tradisi mengenakan mahkota dari kertas pada orang yang berulang tahun. Namun seiring dengan perubahan zaman, pesta ulang tahun juga dirayakan bagi orang biasa. Bahkan kini siapa saja sanggup merayakan ulang tahun. Utamanya yang punya duit.
Kaprikornus Tradisi ulang tahun sama sekali tidak mempunyai akar sejarah dalam islam. Islam tak pernah diajarkan untuk merayakan ulang tahun. Kalo pun kemudian ada orang yang berargumen bahwa dengan diperingatinya Maulid Nabi, hal itu menjadi dalil kalo ulang tahun boleh juga dalam pandangan Islam. Maka ini yaitu argumen yang tidak tepat.
Rasulullah SAW sendiri tak pernah mengajarkan kepada kita melalui hadisnya untuk merayakan maulid Nabi. Maulid Nabi, itu bukan untuk diperingati, tapi tadzkirah, alias peringatan. Maksudnya? Jika kita baca buku tarikh Islam, di dalamnya terdapat catatan bahwa Sultan Shalahuddin al-Ayubi amat prihatin dengan kondisi umat Islam pada ketika itu. Di mana bumi Palestina dirampas oleh Pasukan Salib Eropa. Sultan Shalahuddin menyadari bahwa umat ini lemah dan tidak berani melawan kekuatan Pasukan Salib Eropa yang berhasil menguasai Palestina, lebih lantaran mereka sudah terkena penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati). Mereka sanggup menjadi mirip itu lantaran mengabaikan salah satu anutan Islam, yakni jihad. Bahkan ada di antara mereka yang tidak tahu menahu dengan usaha Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Untuk menyadarkan kaum muslimin perihal pentingnya perjuangan, Sultan Shalahuddin menggagas pandangan gres tersebut, yakni tadzkirah terhadap Nabi, yang kemudian disebut-entah siapa yang memulainya-sebagai maulid nabi. Tujuan pada dasarnya mengenalkan kembali usaha Rasulullah dalam membuatkan Islam ke seluruh dunia. Singkat cerita, kaum muslimin ketika itu sadar dengan kelemahannya dan mencoba bangkit. Dengan demikian, berkobarlah semangat jihad dalam jiwa kaum muslimin, dan bumi Palestina pun kembali ke pangkuan Islam, tentu sehabis mereka mempecundangi Pasukan Salib Eropa. Kaprikornus Maulid nabi bukan dalil dbolehkannya pesta ulang tahun.
Kembali ke pokok pembicaraan, Pesta ulang tahun bukanlah warisan Islam. Tapi warisan asing, alias anutan di luar Islam. Lalu gimana bila kita melakukannya? Berdosakah? lantaran tradisi itu yaitu tradisi orang-orang Eropa, yang ketika itu berkembang anutan Kristen, maka pesta ultah tentu saja merupakan tradisi kaum non-muslim. Jika kita melakukannya, maka termasuk dosa.
Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa mirip suatu kaum, maka dia termasuk dalam golongan mereka.” (HR. Abu Dawud).
Dalam riwayat lain.
Rasulullah SAW bersabda : “Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kau sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga bila mereka masuk ke dalam lubang biawak, kau tetap mengikuti mereka. Kami bertanya : Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?” (HR. Bukhari Muslim).
Dari sini terperinci bahwa aturan merayakan ultah yaitu haram.
Mungkin ada pertanyaan mirip ini, “Bolehkah merayakan ulang tahun dalam arti berdoa atau mendoakan biar yang berulang tahun selamat, sehat, takwa, panjang umur, dan seterusnya. Semua itu dilakukan dengan cara dan isi doa yang syar’i, tanpa upacara tiup lilin dan sebagainya mirip cara Barat, kemudian dilanjutkan program makan-makan. Bolehkah?”
Jawabannya, berdoa dan makan-makan yaitu halal. Tetapi bila dilakukan pada hari seseorang berulang tahun, maka akan terkena aturan haram ber-tasyabbuh bil kuffar. Kaprikornus di sini akan bertemu aturan haram dan halal. Dalam kondisi mirip ini wajib diutamakan yang haram daripada yang halal alasannya yaitu kaidah syara’ menyebutkan : “Idza ijtama’a al halaalu wal haraamu, ghalaba al haramu al halaala.” Artinya, “Jika bertemu halal dan haram (pada satu keadaan) maka yang haram mengalahkan yang halal.” (Kitab as-Sulam, Abdul Hamid Hakim).
Dengan demikian, bila merayakan ultah diartikan sebagai “berdoa dan makan-makan”, dan dilaksanakan pada hari ultah, hukumnya haram, sesuai kaidah syar’i di atas. Akan tetapi bila dilaksanakan bukan pada hari ultah, maka hukumnya –wallahu a’lam bi ash shawab– berdasarkan pemahaman kami yaitu mubah secara syar’i. Sebab hal itu tidak termasuk tasyabbuh bil kuffar lantaran yang dilakukan pada faktanya yaitu “berdoa plus makan-makan”, yang mana keduanya yaitu boleh secara syar’i. Lagi pula hal itu dilakukan tidak pada hari ultah sehingga di sini tidak terjadi pertemuan halal dan haram sebagaimana kalau program tersebut dilaksanakan pada hari ultah. Wallahu a’lam.
Allah SWT Berfirman : “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di alam abadi termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. ali Imrân [3] : 85). dan “Dan janganlah kau mengikuti apa yang kau tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. al-Isrâ’ [17] : 36).
Rasullah SAW juga bersabda : Belum tepat keimanan salah seorang di antara kalian, sebelum hawa nafsunya mengikuti apa yang saya bawa (al-Qur’an). (Hadits ke-41 dalam Hadits al-Arba’in karya Imam Nawawi).
Bagaimana dengan Hukum Mengucapkan Selamat Ulang Tahun Dalam Islam?
Perayaan ulang tahun yaitu bid’ah. Mengapa? Ada dua landasan yang diikuti oleh umat Islam: Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. Sunnah ini kemudian terbagi atas ucapan, perbuatan, atau niat Rasulullah saw yang kemudian tidak sempat terealisasi lantaran dia meninggal dunia sebelum sempat melaksanakannya.
Mengucapkan selamat ulang tahun (kata Dipo, istilah yang kemudian diarabisasikan yaitu milad dan hari lahir) ini yaitu salah satu hal yang tidak dituntunkan oleh teladan umat Islam, Rasulullah saw. Jika mengucapkan selamat hari lahir yaitu tuntunan, Rasulullah niscaya akan membiasakan hal tersebut pada umatnya. Selain itu, tradisi perayaan ulang tahun atau hari lahir ini yaitu budaya kaum nonmuslim. Berdasarkan hadis Rasulullah saw, seseorang yang mengikuti suatu kaum maka ia termasuk ke dalam golongan itu. Perayaan hari lahir ini telah tercipta semenjak jaman Nabi Nuh as. Salah satu anaknya kemudian mengadakan perayaan hari lahirnya. Karenanya, umat muslim yang mempunyai prinsip hidup yang unik tidak diperbolehkan untuk mengikuti kaum lain, apalagi kaum kafir dan nonmuslim. Kegiatan yang mengikuti tradisi umat lain dinamakan juga tasyabbuh.
Ustad Maknun Prawiro menyampaikan bahwa ada tiga hal yang menyebabkan kerusakan dalam agama Islam, yakni:
1. Mengikut-ikutii kaum lain
2. Pluralisme
3. Pendangkalan aqidah
Tentu saja tak seorang pun dari kita ingin menyebabkan kerusakan dalam agama Islam bukan? Apalagi mengucapkan selamat ulang tahun saya rasa yaitu hal yang sepele. Tapi, ini berkaitan dengan bid’ah, dan orang yang melaksanakan bid’ah tak termasuk umat Rasulullah saw yang mendapat syafaat.
Merayakan dan mengucapkan selamat ultah juga tidak ada misalnya dari Nabi dan para sahabat, sehingga tidak boleh dalam Islam, bahkan jatuh ke dalam tasyabbuh/ mirip orang kafir.
dari Ibnu Umar ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa bertasyabuh dengan suatu kaum, maka ia potongan dari mereka.” [HR. Abu Daud dan Ahmad]
Sumber: Klik
_________________________________________________________________
Karena saya belum tahu mendalam dan kurang paham hal ini, silakan ambil nasihat sendiri.

Bandung, 18 Oktober 2014

0 Response to "Makna Ulang Tahun Dalam Islam"

Total Pageviews