Latest News

Sun Of God Menjadi Kelahiran Son Of God (Kisah Natal)

Bintang Betlehem

Mohon maaf sebelum anda baca, sebaiknya Anda tahu tujuan penulisan artikel ini tidak ada maksud untuk melecehkan, merendahkan dan sejenisnya agama Kristen. Tapi ini padangan saya perihal natal untuk memperlihatkan wawasan kepada saudara-saudaraku yang Muslim. Seandainya ada dari pembaca yang dari kristiani, merasa goresan pena saya ada yang salah silakan berikan komentar di kolom bawah.
Semoga Allah selalu meridhoi kedamaian kita. Aamiin

SEJARAH NATAL
Kata natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran Isa Al Masih – yang mereka sebut Tuhan Yesus.
Peringatan Natal gres tercetus antara tahun 325 – 354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut hasilnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal).
KELAHIRAN YESUS MENURUT BIBEL
Untuk menyibak tabir Natal pada tanggal 25 Desember yang diyakini sebagai Hari Kelahiran Yesus, marilah kita simak apa yang diberitakan oleh Injil perihal kelahiran Yesus sebagaimana dalam Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, 11 (Markus dan Yohanes tidak menuliskan kisah kelahiran Yesus).
P. Baru: Lukas: 2
2:1. Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.
2:2 Inilah registrasi yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria.
2:3 Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.
2:4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang berjulukan Betlehem, –karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud–
2:5 semoga didaftarkan gotong royong dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.
2:6 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin,
2:7 dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, kemudian dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, lantaran tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
2:8. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.
Jadi, berdasarkan Bibel, Yesus lahir pada masa kekuasaan Kaisar Agustus yang ketika itu sedang melakukan sensus penduduk (tahun 7 M = 579 Romawi). Yusuf, tunangan Maria Ibu Yesus berasal dari Betlehem, maka mereka bertugas ke sana, dan lahirlah Yesus di Betlehem, anak sulung Maria. Maria membungkusnya dengan kain lampin dan membaringkannya dalam palungan (tempat makanan sapi, domba yang terbuat dari kayu). Peristiwa itu terjadi pada malam hari dimana gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang rumput.
P. Baru: Matius 2:1, 10, 11:
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka.
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria, ibunya.
Makara berdasarkan Matius, Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodus yang disebut Herodus Agung yang memerintahkan tahun 37 SM – 4 M (749 Romawi), ditandai dengan bintang-bintang yang terlihat oleh orang-orang Majusi dari Timur.
Cukup terang kontradiksi kedua Injil tersebut (Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, 11) dalam menjelaskan kelahiran Yesus. Namun begitu keduanya menolak kelahiran Yesus tanggal 25 Desember. Penggambaran kelahiran yang ditandai dengan bintang-bintang di langit dan gembala yang sedang menjaga kawanan domba yang dilepas bebas di padang rumput beratapkan langit dengan bintang-bintangnya yang gemerlapan, memperlihatkan kondisi demam isu panas sehingga gembala berdiam di padang rumput dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari sengatan matahari. Sebab terang 25 Desember ialah demam isu dingin. Sedang suhu udara di tempat Palestina pada bulan Desember itu sangat rendah sehingga salju merupakan hal tidak mustahil.
Bagi yang mempunyai wawasan luas, hati terbuka dan lapang dalam mencari kebenaran, kitab suci Al-Qur’an telah memperlihatkan tanggapan perihal kelahiran Yesus (Isa alaihissalam).
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (Maryam) bersandar pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya saya mati sebelum ini, dan saya menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kau bersedih hati, bergotong-royong Tuhanmu telah mengakibatkan anak sungai dibawahmu (untuk minum). Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, pasti pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu”. (Surat Maryam: 23-25).
Makara berdasarkan Al Qur’an, Yesus dilahirkan pada demam isu panas disaat pohon-pohon kurma berbuah dengan lebatnya. Untuk itu perlu kita cermati pendapat sarjana Kristen Dr. Arthus S. Peak, dalam Commentary on the Bible – ibarat dikutip buku Bible dalam Timbangan oleh Soleh A. Nahdi (hal 23) : Yesus lahir dalam bulan Elul (bulan Yahudi), bersamaan dengan bulan: Agustus – September.
Sementara itu Uskup Barns dalam Rise of Christianity – ibarat juga dikutip oleh Soleh A. Nahdi beropini sebagai berikut: There is, moreover, no authority for the belief than December 25 was the actual birthday of Jesus. If we can give any credence to the bith-story of Luke, with the shepherds keeping watch by night in the fields near Bethlehem, the birth of Jesus did not take place in winter, when the night temperature is so law in the hill country of judea that snow is not uncommon. After much argument our christmas day seems to have been accepted about A.D. 3000.
(Kepercayaan, bahwa 25 Desember ialah hari lahir Yesus yang pasti tidak ada buktinya. Kalau kita percaya kisah Lukas perihal hari lahir itu dimana gembala-gembala waktu malam menjaga di padang di bersahabat Behtlehem, maka hari lahir Yesus tentu tidak di demam isu hambar di ketika suhu di negeri pengunungan Yudea amat rendah sekali sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil. Setelah terjadi banyak perbantahan sepertinya hari lahir tersebut diterima penetapannya kira-kira tahun 200 Masehi).

PADA TAHUN BERAPA YESUS LAHIR?
Umat Kristen beranggapan bahwa Yesus dilahirkan pada tahun I, lantaran penanggalan Masehi yang dirancang oleh Dionysius justru dibentuk dan diubahsuaikan dengan tahun kelahiran Yesus. Namun Injil Lukas 2:1 (sudah dikutip sebelumnya) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan Kaisar Agustus, jadi antara tahun 27 Sebelum Masehi – 14 Sesudah Masehi.** Sedangkan Matius 2:1 (juga telah dikutip) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodes Agung: tahun 37 Sebelum Masehi – 4 setelah Masehi.
Ternyata antara pemahaman yang beredar di kalangan umat Kristen perihal kelahiran Yesus dengan informasi yang disampaikan oleh Injil, Lukas maupun Matius, tidaklah memperlihatkan suatu kepastian, sehingga ilmuwan-ilmuwan mereka ada yang menyatakan Yesus lahir tahun 8 Sebelum Masehi, tahun 6 Sebelum Masehi, tahun 4 setelah masehi. Antara lain kita kutip buku goresan pena rev. Dr. Charles Franciss Petter, MA., B.D., S.T.M. yang berjudul The Lost Years of Jesus Revealed hal 119 sebagai berikut:

In the nineteehnt century, when it became evident and was finally admitted that Herod died in the year 4 B.C. and it was recalled that, according to story in Matthew’s Gospel (2:16), King Herod, in order to eliminate little Jesus as a possible “King of the Jews”, had ordered all infants of two years old and under to be killed, the birth-date of Jesus 0bviously had to be moved back to 4 B at least. Today, scholars prefer 5 to 6 B as the date best accomodating the indonsistent and even cont5radictory traditions, legens, and gospels, although some historians push the date back to 8 and 10 b.C. The dilema of the correct dating of Jesus’ birth, life, and death has now been raised again (due to several statemensin these Essence Scrolls) along with the related question on the deity.


(Pada masa ke-19 setelah terbukti dan hasilnya diajui bahwa Herodes telah mati 4 tahun sebelum masehi dan setelah ditetapkan, bahwa berdasarkan kisah Matius (2:16) raja Herodes memerintahkan pembunuhan kanak-kanak umur/dibawah umur dua tahun untuk membinasakan Yesus yang masih bayi yang katanya bakal jadi raja orang-orang Yahudi, maka jelaslah tanggal lahir Yesus harus digeser ke belakang, paling sedikit 4 tahun sebelum masehi. Masa kini para sarjana lebih condong menggeserkan tanggal lahirnya Yesus itu 5 hingga 6 tahun ke belakang tahun Masehi. Kesulitan memilih tanggal kelahiran Yesus, kehidupannya dan kematiannya terpaksa ditimbulkan kembali lantaran adanya keterangan-keterangan yang banyak terdapat dalam gulungan-gulungan Essene (yang terdapat di gua Qamran) malah soal-soal yang berafiliasi dengan ketuhanannya juga harus dibangkitkan kembali).
Makara hingga hari inipun tidak ada kejelasan tahun berapa Yesus dilahirkan.

ASAL USUL PERAYAAN NATAL 25 DESEMBER
Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Injil dan Yesus tidak pernah memperlihatkan referensi ataupun memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan kelahirannya.
Perayaan Natal gres masuk dalam aliran Kristen Kristen pada masa ke 4 M. Dan peringatan inipun berasal dari upacara sopan santun masyarakat penyembah berhala. Dimana kita ketahui bahwa masa ke-1 hingga masa ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium romawi yang paganis politheisme.
Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Katholik, mereka tidak bisa meninggalkan adat/budaya pagannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday (sun = matahari; day = hari) yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember.
Maka semoga agama Katholik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi diadakanlah sinkretisme (perpaduan agama-budaya/penyembahan berhala), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan = Yesus).
Maka pada konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan memutuskan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Juga diputuskan: Pertama, hari Minggu (Sunday = hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang berdasarkan hitungan jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang yang kuasa matahari yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, menciptakan patung-patung Yesus, untuk menggantikan patung Dewa Matahari.

Sesudah Kaisar Konstantin memeluk agama Kristen pada masa ke-4 Masehi, maka rakyat pun beramai-ramai ikut memeluk agama Katholik. Inilah prestasi gemilang hasil proses sinkretisme Kristen oleh Kaisar Konstantin dengan agama paganisme politheisme nenek moyang.
Demikian asal-usul Christmas atau Natal yang dilestarikan oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia hingga sekarang.
Darimana kepercayaan paganis politheisme menerima aliran perihal Dewa Matahari yang diperingati tanggal 25 Desember?
Mari kita telusuri melalui Injil maupun sejarah kepercayaan paganis yang dianut oleh bangsa Babilonia kuni di dalam kekuasaan raja Nimrod (Namrud).

H.W. Armstrong dalam bukunya The Plain Truth About Christmas, Worldwide Church of God,
California USA, 1994, menjelaskan:
Namrud cucu Ham Anak nabi Nuh ialah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia kuno. Nama Nirod dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kota “Marad” yang artinya: “Dia membangkang atau Murtad” antara lain dengan keberaniannya mengawini ibu kandungnya sendiri berjulukan “Semiramis”.
Namun usia Namrud tidak sepanjang ibu sekaligus istrinya. Maka setelah Namrud mati Semiramis mengembangkan ajaran, bahwa roh Namrud tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Maka dibuatlah olehnya perumpamaan pohon “Evergreen” yang tumbuh dari sebatang kayu mati.
Maka untuk memperingati kelahirannya dinyatakan bahwa Namrud selalu hadir di pohon Evergreen dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. Sedangkan kelahiran Namrud dinyatakan tanggal 25 Desember. Inilah asal-usul pohon Natal.
Lebih lanjut Semiramis dianggap sebagai “Ratu Langit” oleh rakyat Babilonia, kemudian Namrud dipuja sebagai “anak suci dari surga”. [/i]
Putaran zaman menyatakan bahwa penyembah berhala versi Babilonia ini bermetamorfosis “Mesiah palsu”, berupa yang kuasa “Ba-al” anak yang kuasa matahari dengan obyek penyembahan “Ibu dan Anak” (Semiramis dan Namrud) yang lahir kembali. Ajaran tersebut menjalar ke negara lain: Di Mesir berupa “Isis dan Osiris”, di Asia berjulukan “Cybele dan Deoius”, di Roma disebut “Fortuna dan Yupiter”. Bahkan di Yunani, “Kwan Im” di Cina, Jepang, dan Tibet, India, Persia, Afrika, Eropa, dan Meksiko juga ditemukan sopan santun pemujaan terhadap yang kuasa “Madonna” dan lain-lain.
Dewa-dewa berikut dimitoskan lahir pada tanggal 25 Desember, dilahirkan oleh gadis perawan (tanpa bapak), mengalami kematian (salib) dan dipercaya sebagai Juru Selamat (Penebus Dosa).
  1. Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga diyakini dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga disebut sebagai Sang Penyelamat, lantaran ia pun mengalami kematian, dan dikuburkan, tapi berdiri kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa. Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekaligus penganut kepercayaan ini.
  2. Apollo, yang populer mempunyai 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet.
  3. Hercules yang populer sebagai pendekar perang tak tertandingi.
  4. Ba-al yang disembah orang-orang Israel ialah yang kuasa penduduk orisinil tanah Kana?an yang populer juga sebagai yang kuasa kesuburan.
  5. Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir Kuno; kepercayaan ini menyebar hingga ke Romawi dan diperingati secara besar-besar dan dijadikan sebagai pesta rakyat. Demikian juga Serapsis, Attis, Isis, Horus,Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele dan lain-lain. Selain itu ada lagi tokoh/pahlawan pada suatu bangsa yang oleh mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zrates (Bangsa Persia) dan Fo Hi (Bangsa Cina). Demikian pula pahlawan-pahlawan Helenisme: Agis, Celomenes, Eunus, Solulus, Aristonicus, Tibarius, Grocesus, Yupiter, Minersa, Easter.
    Jadi, konsep bahwa Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada tanggal 25 Desember, disalib/dibunuh kemudian dibangkitkan, sudah ada semenjak zaman purba.
    Konsep/dogma agama bahwa yesus ialah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi, dengan sangat mudahnya diterima oleh kalangan masyarakat Romawi lantaran mereka telah mempunyai konsep itu sebelumnya. Mereka tinggal mengubah nama-nama yang kuasa menjadi Yesus. Maka dengan jujur Paulus mengakui bahwa dogma-dogma tersebut hanyalah kebohongan yang sengaja dibuatnya. Kata kepada jemaat di Roma.

    Tetapi kalau kebesaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliannya, mengapa saya masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa ? (Roma 3:7).
    Mengenai kemungkinan terjadinya pendustaan itu. Yesus telah mensinyalir lewat pesannya:

    Jawab Yesus kepada mereka: Waspadalah semoga jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan tiba dengan menggunakan namaku dan berkata Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang?. (Matius 24:4-5).
PANDANGAN BIBEL TENTANG UPACARA NATAL
Untuk mengetahi pandangan Injil perihal perayaan Natal yang diwarisi dari tradisi paganisme, sepakat kita telaah Yeremia 10:2-4:
“Beginilah firman Tuhan: “Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap gejala di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa ialah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak, orang memperkuatnya dengan paku dan palu semoga jangan goyang.”


Demikianlah pandangan Injil perihal upacara Natal, yaitu melarang orang Kristen mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa penyembah berhala.
Selanjutnya mari kita simak klarifikasi dalam Yeremia 10:5:
“Berhala itu sama ibarat orang-orangan di kebun mentimun. Tidak sanggup berbicara, orang harus mengangkatnya, alasannya tidak sanggup melangkah. Janganlah takut kepadanya, alasannya berhala itu tidak sanggup berbuat jahat, dan berbuat baik pun beliau tidak dapat.”


SUMBER-SUMBER KRISTEN YANG MENOLAK NATAL
  1. Catholic Encyclopedia, edisi 1911 perihal Chrismas: “Natal bukanlah upacara gereja yang pertama … melainkan ia diyakini berasal dari Mesir, perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.” Dalam buku yang sama, perihal “Natal Day” dinyatakan sebagai berikut: “Di dalam kitab suci tidak ada seorangpun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Fir’aun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.”
  2. Encyclopedia Britanica, edisi 1946 menyatakan: “Natal bukanlah upacara gereja masa pertama, Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambi oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.’
  3. Encyclopedia Americana, edisi tahun 1944, menyatakan: “Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya umat Kristen hanya merayakan hari ajal orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut”. (Perjamuan Suci, yang termaktub dalam kitab Perjanjian Baru hanyalah untuk mengenang ajal Yesus Kristus) … Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada masa ke-4 M. Pada masa ke-5 M, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari “Kelahiran Dewa Matahari”. Sebab tidak seorangpun mengetahui hari kelahiran Yesus.”
    Keterangan:
    ** Jika kita mendapatkan keterangan Injil Lukas, maka Yesus dilahirkan pada tahun 2 Sebelum Masehi. Hal ini didasarkan pada keterangan Injil Lukas yang menempatkan pembaptisan Yesus pada tahun ke-15 pemerintahan Kaisar Roma Tiberius, dan ketika Pontius Pilatus menjadi pejabat gubernur Yudaea (Lukas 3:1), dan bahwa Kaisar Tiberius menggantikan Kaisar Agustus pada tahun 14 Masehi,* maka Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis pada tahun 29 Masehi, yakni ketika Yesus berumur kira-kira 30 tahun (Lukas 3:23). Ini berarti, Yesus dilahirkan pada tahun 2 Sebelum Masehi.
    Rujukan:
    * A) Josephus F (1998) B) Asimov I (1969) C) Braid W (1971) D) Duncan GB (1971) E) Leon-Dufour X (1983) F) Jerald F. Dirks (2001).

0 Response to "Sun Of God Menjadi Kelahiran Son Of God (Kisah Natal)"

Total Pageviews